BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Model adalah representasi suatu fenomena, baik nyata maupun
abstrak, dengan menonjolkan unsur-unsur terpenting fenomena tersebut. Model
jelas bukan fenomena itu sendiri. Akan tetapi, peminat komunikasi, termasuk mahasiswa,
sering mencampuradukkan model komunikasi dengan fenomena komunikasi.
Hanya saja model tersebut sekaligus mereduksi fenomena
komunikasi artinya ada nuansa komunikasi lainnya yang mungkin terabaikan dan
tidak terjelaskan oleh model tersebut.
Sehubungan dengan beberapa hal diatas, penulis mengangkat
judul “Model-model Komunikasi”. Hal ini dimaksudkan agar pembaca mengetahui
model-model komunikasi.
1.2 Tujuan
a) Menambah pengetahuan penulis dan
pembaca
b) Agar pembaca mengetahui
model-model komunikasi
1.3
Manfaat
a)
Meningkatkan pengetahuan penulis dan pembaca
b)
Mengetahui dan memahami model-model komunikasi
BAB
II
PEMBAHASAN
Model komunikasi adalah representasi fenomena komunikasi
dengan menonjolkan unsur-unsur terpenting guna memahami suatu proses
komunikasi.
Menurut Sereno dan Mortensen, suatu model komunikasi adalah
deskripsi ideal mengenai apa yang dibutuhkan untuk terjadinya komunikasi.
Sedangkan B. Aubrey Fisher mengatakan, model adalah analogi yang
mengabstraksikan dan memilih bagian dari keseluruhan, unsur, sifat atau
komponen yang penting dari fenomena yang dijadikan model.
Sebagian ahli memaknai model sebagai penyederhanaan teori
yang disajikan dalam bentuk gambar. Karena itu, hakikatnnya model adalah alat
bantu. Sebagai alat bantu, model mempermudah penjelasan fenomena komunikasi
dengan mempresentasikan secara abstrak ciri-ciri yang dianggap penting dan
menghilangkan rincian yang tidak perlu.
Karena hubungan antara model dengan teori begitu erat, model
sering dicampuradukkan dengan teori. Kita dapat menggunakan kata-kata, angka,
simbol, dan gambar untuk melukiskan model suatu objek, teori atau proses.
Dilihat dari bentuknya, model komunikasi dasar yang akan
kita bahas adalah :
- Model
komunikasi Wilburn Schramm
- Model
komunikasi Interaksional
Schramm’s Interactive Model, 1954
Wilbur Schramm (1954) merupakan orang
pertama yang mengubah model Shannon and Weaver. Ia memiliki konsep decoding dan
encoding sebagai aktivitas yang dilakukan secara simultan oleh pengirim dan
penerima, Wilbur juga membuat ketentuan-ketentuan untuk pertukaran dua
arah pesan.
- Schramm memberikan
gagasan tambahan “field of experience”, atau kerangka acuan psikologis,
hal ini merujuk pada jenis orientasi atau sikap dari interactants (orang
yang berinteraksi) mempertahankan terhadap satu sama lain.
- Termasuk Feedback
Komunikasi timbal balik, dua arah, meskipun umpan balik
mungkin tertunda :
- Beberapa metode-metode
komunikasi yang sangat langsung, seperti ketika Anda berbicara dan
direspon langsung oleh seseorang.
- Bentuk lain yang cukup
langsung seperti menggeliat ketika pembicara terus menerus bericara,
mengerutkan hidung dan menggaruk kepala bila pesan terlalu abstrak atau
mengubah posisi tubuh anda ketika anda berpikir bahwa sudah giliran anda
berbicara.
- Masih jenis lain umpan
balik yang sama sekali tidak langsung.
Dalam model Schramm
dia catatan, seperti yang dilakukan Aristoteles, komunikasi yang selalu
membutuhkan tiga elemen - sumber, pesan dan tujuan. Idealnya, sumber encode
pesan dan mengirimkannya ke tempat tujuan melalui beberapa saluran, di mana
pesan telah diterima dan diterjemahkan.
Namun mengambil aspek-aspek sosiologis yang terlibat dalam
komunikasi menjadi pertimbangan, Schramm menunjukkan bahwa untuk memahami
berlangsung antara sumber dan tujuan, mereka harus memiliki sesuatu yang sama.
Jika sumber dan tujuan
bidang tentang pengalaman tumpang tindih, komunikasi dapat terjadi
Jika tidak ada
tumpang tindih, atau hanya sebuah area kecil yang sama, komunikasi sulit. jika
tidak mustahil.
Selama bertahun-tahun penyuluh koperasi jasa yang dikembangkan keterampilan yang cukup besar dalam berkomunikasi dengan kelas menengah yang besar Amerika. Keberhasilan itu dapat dimengerti. Sejumlah besar penyuluh berasal dari kelas menengah, dan ada banyak tumpang tindih antara komunikator penyuluhan dan penonton kelas menengah.
Namun, di tahun 1960-an, masa menumbuhkan kesadaran sosial, penyuluh banyak yang menantang - bahkan diwajibkan - untuk bekerja dengan khalayak yang "kurang beruntung". Banyak penyuluh kelas menengah sulit untuk berkomunikasi dengan penonton yang kurang beruntung. Dalam banyak kasus, hanya ada kecil tumpang tindih dalam bidang pengalaman sumber dan penerima yang kurang beruntung.
Perpanjangan bertemu tantangan komunikasi untuk gelar dengan menggunakan individu dari target audiens yang kurang beruntung, melatih mereka, dan pada gilirannya memungkinkan mereka untuk menyediakan hubungan komunikasi penting. Mereka karyawan diberikan judul seperti pembantu pemimpin, asisten gizi, paraprofesional yang membantunya dan nama-nama seperti lainnya.
Selama bertahun-tahun penyuluh koperasi jasa yang dikembangkan keterampilan yang cukup besar dalam berkomunikasi dengan kelas menengah yang besar Amerika. Keberhasilan itu dapat dimengerti. Sejumlah besar penyuluh berasal dari kelas menengah, dan ada banyak tumpang tindih antara komunikator penyuluhan dan penonton kelas menengah.
Namun, di tahun 1960-an, masa menumbuhkan kesadaran sosial, penyuluh banyak yang menantang - bahkan diwajibkan - untuk bekerja dengan khalayak yang "kurang beruntung". Banyak penyuluh kelas menengah sulit untuk berkomunikasi dengan penonton yang kurang beruntung. Dalam banyak kasus, hanya ada kecil tumpang tindih dalam bidang pengalaman sumber dan penerima yang kurang beruntung.
Perpanjangan bertemu tantangan komunikasi untuk gelar dengan menggunakan individu dari target audiens yang kurang beruntung, melatih mereka, dan pada gilirannya memungkinkan mereka untuk menyediakan hubungan komunikasi penting. Mereka karyawan diberikan judul seperti pembantu pemimpin, asisten gizi, paraprofesional yang membantunya dan nama-nama seperti lainnya.
Untuk berpikir berakhir, mari kita kembali lagi ke ide
bahwa komunikasi yang sukses tergantung pada penerima. Sebagai sumber
komunikasi, kita bisa menghabiskan banyak waktu untuk menyiapkan pesan dan di
saluran memilih, tetapi jika penerima tidak mendapatkan pesan, kami tidak
dikomunikasikan.
Contoh model Schramm tumpang tindih :
·
Seorang mahasiswa jurusan komunikasi dari
universitas STIKOM bertemu dengan
seorang mahasiswa jurusan komunikasi
dari universitas yang berbeda disitu terjadilah komunikasi, dengan sukses
karena memiliki pengalaman yang
sama akan lebih mudah untuk berkomunikasi.
Schramm membuat serangkai model komunikasi, dimulai dengan model
komunikasi manusia yang sederhana (1954), lalu model yang lebih rumit yang
memperhitungkan pengalaman dua individu yang mencoba berkomunikasi, hingga ke
model komunikasi yang dianggap interaksi dua individu.
Model yang pertama mirip dengan model Shannon dan Weaver. Dalam
modelnya yang kedua, Schramm memperkenalkan gagasan bahwa kesamaan dalam bidang
pengalaman sumber dan sasaran-lah yang sebenarnya dikomunikasikan, karena
bagian sinyal itulah yang dianut sama oleh sumber dan sasaran. Model ketiga,
Schramm menganggap komunikasi sebagai interaksi dengan kedua pihak yang
menyandi, menafsirkan, menyendi-balik, mentransmisikan dan menerima sinyal.
Di sini kita melihat umpan balik dan ”lingkaran” yang berkelanjutan
untuk berbagi informasi. Pada model ketiga ini, Schramm bekerjasama dengan
Osgood sehingga dikenal sebagai model sirkular Osgood dan Schramm (The Osgood
and Schramm Circular Model). Jika model Shannon dan Weaver merupakan proses
yang linear, model ini dinilai sebagai sirkular dalam derajat yang tinggi.
Perbedaan lainnya ialah apabila Shannon dan Weaver menitikberatkan perhatiannya
langsung kepada saluran yang menghubungkan pengirim (sender) dan penerima
(receiver) atau dengan kata lain, komunikator dan komunikan. Schramm dan Osgood
menitikberatkan pembahasannya pada perilaku pelaku-pelaku utama dalam proses
komunikasi. Shannon dan Weaver membedakan source dengan transmitter dan antara
receiver dengan distination. Dengan kata lain, dua fungsi dipenuhi pada sisi
pengiriman (transmitting) dan pada sisi penerimaan (receiving) dari proses.
Pada Schramm dan Osgood ditunjukkan fungsinya yang hampir sama. Digambarkan dua
pihak berperilaku sama, yaitu encoding (menyandi), decoding (menyandi-balik)
dan interpreting (menafsirkan).
DI BAWAH INI MERUPAKAN GAMBAR DARI MODEL
SCHARMM :
MODEL INTERAKSIONAL
Komunikator
interaksional merupakan penggabungan yang kompleks dari individualism sosial;
yakni seorang individu yang mengembangkan potensi kemanusiawiannya melalui
interaksi sosial. Sebagai diri sosial, istilah yang menggambarkan individualitas
komunikator adalah peran. Peran dan diri (diri sosial) berkembang hanya
melalui interaksi dengan orang lain. Dengan kata lain, sejak individu mencari
perannya dalam masyarakat, dalam berhubungan dengan orang lain, ia berada dalam
proses pengembangan diri dengan mengambil peran “orang lain” dan mengamati
“diri” sebagai objek orientasinya. Pengalaman dan perilaku yang berulang-ulang
dalam waktu lama mempengaruhi penilaiannya terhadap diri sendiri. Jadi,
komunikator dalam model interaksional itu sedang melaksanakan atau melakukan
peran. Sebagian dari perilaku perannya melibatkan pengambilan peran.
Komunikator memandang dirinya dari perspektif “orang lain” serta memandang
orang lain dari perspektif dirinya. Karena itu komunikator dapat menyesuaikan
perilaku dengan orang lain dengan menyelaraskan tindakan tersebut dengan
tindakan orang lain. Komunikator merupakan actor dalam dan pengamat pada proses
komunikatif. Tugasnya adalah mengamati diri(sebagai objek) dan orang lain, dan
untuk menyesuaikan perilakunya sesuai dengan itu.
Dalam
proses pengambilan peran dan penyelarasan perilaku, secara jelas komunikator
berhubungan dengan “objek”, mengarahkan perhatian kepada “objek”, dan
memformulasikan pengkajian atas “objek” tersebut. Contohnya saja dalam
komunikasi dengan komunikator minimal dua orang, dalam proses komunikasi dan
tindakan kolektif, setiap komunikator mengorientasikan dirinya kepada semua
(diri dan orang lain). Orientasi hanyalah menunjukkan arah dalam proses
pengambilan peran.
Dalam
situasi komunikatif yang normal, terdapat banyak sekali objek, yang dapat
berupa objek lingkungan/pekerjaan, hubungan sosial itu sendiri, tujuan, orang
yang lain, peristiwa, dan apa saja yang menjadi topic pembicaraan. Dengan
begitu objek tidak hanya berupa fisik, tetapi dapat berupa sesuatu yang
abstrak, misalnya saja “cinta” atau “kualitas kehidupan”.
Komponen
tambahan dalam perspektif interaksional adalah kesearahan. Adanya kesearahan
dalam bidang-bidang yang saling tumpang tindih, dengan diri/orang lain, orang
lain/diri, dan objek. Selama orientasi penafsiran pada komunikator itu sama,
maka ada kesearahan. Selama orientasi seseorang pada suatu objek itu
mencerminkan realitas fakta yang ada, maka orientasi itu tepat, dan orientasi
tidak perlu searah.
Lambing
merupakan tindakan dan dapat berbentuk suatu perilaku apapun yang mewakilinya
(verbal dan non verbal). Lambing itu berarti selama lebih dari satu orang,
dalam situasi yang sama dapat mengambil peran dengan hasil-hasil yang sama.
Kesamaan dalam pengalaman pengambilan peran yang dijalankan oleh
individu-individu yang berbeda mengandung arti adanya system sosial yang
mempersatukan. Individu-individu itu termasuk dalam system sosial tersebut atau
mengidentifikasikan diri mereka.
Komunikasi
manusia selalu terjadi dalam suatu konteks kultural yang dapat
ditentukan.untuk suatu peristiwa komunikatif, konteksnya mungkin saja seluas
kultural nasional, namun dalam peristiwa yang lain, konteksnya mungkin saja
hanya seluas keluarga, atau masyarakat setempat. Setiap individu termasuk dalam
banyak konteks kultural yang saling tumpang tindihdan menyesuaikan diri kepada
sesuatu yang relevan dari peristiwa komunikatif tertentu. Kita menentukan
konteks kultural secara berbeda-beda bagi situasi komunikasi yang berlainan
menyelaraskan lambing kita dengan konteks tersebut dan melakukan
tindakan-tindakan yang kita anggap sesuai dengan konteks itu.
Menyesuaikan
diri bukanlah merupakan komponen komunikasi, tetapi lebih banyak sebagai
prinsip yang memberikan pengarahan. Komunikator menyesuaikan dirinya dengan
yang lain, dengan diri, dengan objek, dengan situasinya dan dengan peranannya.
Setiap komunikator memiliki kemampuan menjalankan lebih banyak lagi perilaku
daripada apa yang sebenarnya ia lakukan dalam situasi apapun.
Jadi,
model interaksional merupakan model komunikasi yang menekankan bahwa komunikasi
berlangsung antara dua orang komunikator, yang mengembangkan potensi
manusiawinya melalui interaksi sosial tepatnya melalui apa yang disebut
pengambilan peran orang lain. Dua orang komunikator yang saling berkomunikasi
akan saling mempelajari perannya, melihat “diri” dan “diri yang lain/orang
lain” dan kemudian persepsinya mengenai dirinya sendiri dan orang lain itu
digunakan untuk menentukan tindakannya terhadap orang lain. Dalam hal ini,
umpan balik atau tanggapan terhadap suatu pesan sangat penting. Karena dalam
menentukan tindakan untuk menanggapi pesan dari komunikator lain, kita perlu
mempelajari peran masing-masing terlebih dahulu.
Model interaksional
berpandangan bahwa komunikasi sebagai pertukaran makna dengan adanya umpan
balik yang menghubungkan sumber dan penerima pesan. Model ini menekankan pada
proses komunikasi dua arah, dari pengirim ( komunikator ) kepada penerima (
komunikan ) dan juga sebaliknya dari penerima ( komunikan ) kepada pengirim (
komunikator ). Dengan adanya komunikasi dua arah, maka seorang komunikator
dapat menjadi komunikan, dan juga sebaliknya komunikan dapat menjadi
komunikator. Berbeda dengan model linear yang hanya menekankan pada proses
komunikasi satu arah, yaitu pesan dikirim melalui pengirim kepada penerima
melalui saliran. Dalam model interaksional komunikasi bagaikan sebuah proses
yang melingkar, sehingga menunjukkan bahwa komunikasi selalu berlangsung.
Komponen penting sekaligus perbedaan mendasar terhadap model linear dalam model
interaksional adalah umpan balik ( feedback ). Umpan balik dapat berupa verbal
atau pun nonverbal. Sebagai contoh Ani adalah teman sekelas Beni, dan mereka
berdua tergabung dalam sebuah kelompok untuk mengerjakan mata kuliah ekonomi.
Saat hari dimana kelompok mereka harus presentasi, Beni tidak hadir tanpa keterangan
yang jelas. Padahal Beni bertugas membuat power point untuk presentasi.
Ketidakhadiran Beni membuat presentasi menjadi kacau dan akhirnya batal.
Kemudian keesokan harinya Ani menegur Beni dengan nada yang marah, melimpahkan
semua kesalahan kepada Beni tanpa mau mendengar penjelasan Beni terlebih
dahulu. Lalu Beni meminta maaf kepada Ani atas perbuatannya, dan ia pun mencoba
menjelaskan alasan logis mengapa ia tidak hadir saat presentasi. Namun Ani
tidak peduli dengan segala alasan yang Beni lontarkan, melihat tanggapan Ani
yang semakin ketus, maka Beni menjadi naik darah sehingga nada bicaranya
meninggi. Mendengar jawaban Beni dengan nada membentak membuat Ani semakin
marah, kemudian pergi meninggalkan Beni dengan emosi meluap-luap. Melihat Ani
pergi begitu saja tanpa adanya penyelesaian terhadap masalah tersebut, membuat
Beni semakin marah hingga ia menendang kursi.
Dari contoh proses komunikasi yang dilakukan antara Ani dan Beni di atas,
menunjukkan bahwa terjadi komunikasi dua arah. Ani yang pada awalnya sebagai
komunikator dan Beni sebagai komunikan, kemudian berubah ketika Beni memberikan
umpan balik terhadap perkataan Ani. Sehingga Beni berubah menjadi komunikator
dan Ani sebagai komunikan. Begitu seterusnya hingga pada akhirnya Ani mengakhiri
percakapan dengan pergi meninggalkan Beni. Jika dalam model linear, maka proses
komunikasi hanya pada saat Ani menegur Beni dengan nada marah. Tanpa adanya
umpan balik. Beni yang berusaha meminta maaf dan menjelaskan alasan logis
mengapa ia tidak hadir saat presentasi, merupakan umpan balik dalam bentuk
verbal, yaitu berupa kata-kata. Sedangkan tindakan Ani meninggalkan Beni dengan
emosi meluap-luap merupakan umpan balik dalam bentuk nonverbal, yaitu
menekankan pada bahasa tubuh dan ekspresi wajah. Umpan balik juga membantu
komunikator untuk mengetahui apakah pesan telah tersampaikan atau tidak dan
sejauh mana pencapaian makna terjadi. Karna tujuan orang berkomunikasi adalah
untuk mencapai kesamaan makna pesan. Sehingga dengan umpan balik maka dapat diketahui
sejauh mana tingkat kesamaan makna pesan. Dalam model interaksional kedudukan
pengirim dan penerima pesan sederajat.
Bidang pengalaman ( field of experience ) seperti latar belakang budaya,
keturunan, dapat mempengaruhi seseorang dalam berkomunikasi dengan orang lain.
Dalam model interaksional dua orang yang memiliki bidang pengalaman yang
berbeda, berhubungan satu sama lain, dan memiliki pemahaman akan bidang
pengalaman satu sama lain. Sedangkan dalam model transaksional dua orang yang berhubungan
tidak hanya memahami bidang pengalaman satu sama lain, namun lebih dalam yaitu
mengintegrasikan bidang pengalaman masing-masing kedalam kehidupan mereka.
Model interaksional memandang hubungan interpersonal sebagai sebuah sistem. Hubungan
interpersonal merupakan hubungan antar pribadi, yang terjadi antara dua orang.
Sedangkan pengertian sistem adalah seperangkat bagian-bagian yang
dikoordinasikan untuk melaksanakan seperangkat tujuan ( C.W. Churchman );
sistem adalah prosedur
logis dan rasional untuk merancang suatu rangkaian komponen yang berhubungan
satu dengan yang lainnya dengan maksud untuk berfungsi sebagai suatu kesatuan
dalam usaha mencapai suatu tujuan yang telah ditentukan (L. James Havery ) . Dalam sebuah sistem terdapat berbagai sub sistem atau
komponen yang saling terkait dalam satu kesatuan guna untuk mencapai
kepentingan bersama. Dalam hubungan interpersonal komponen atau sub sistem
penting adalah bidang pengalaman masing-masing individu. Latar belakang budaya,
pengalaman, keturunan, pendidikan, pengetahuan, cara pandang, cara
berkomunikasi, cara menyikapi masalah yang dimana semua hal tersebut sebagai
komponen dalam hubungan interpersonal berhubungan erat satu sama lain, sehingga
jika dapat terkoordinasi dengan baik, maka tujuan hubungan interpersonal dapat
tercapai dengan baik. Semakin baik sebuah hubungan interpersonal maka
efektivitas komunikasi akan semakin baik pula. Dimana efektivitas komunikasi
tersebut tampak dalam semakin terbukanya masing-masing individu dalam hubungan
interpersonal. Contoh hubungan interpersonal sebagai sebuah sistem, Galih dan
Ratna menjalin hubungan interpersonal sebagai sepasang kekasih. Latar belakang
budaya Galih adalah seorang laki-laki Batak, yang terlahir sebagai anak sulung
dengan banyak saudara kandung. Sedangkan Ratna adalah seorang wanita Jawa, yang
terlahir sebagai anak tunggal. Karena Galih adalah orang Batak, perkataannya
sering kali terkesan kasar, dengan nada bicara yang tinggi, sedangkan Ratna sebagai
orang Jawa cenderung lembut. Galih yang memiliki banyak saudara kandung,
membuat Galih menjadi seseorang yang suka berbagi dan tidak egois,sehingga ia
lebih dewasa dalam memandang dan menyikapi masalah. Sedangkan Ratna sebagai
anak tunggal cenderung egois karena terbiasa dengan keadaan yang serba ada dan
tidak berbagi dengan adik atau kakaknya, sehingga dalam memandang dan menyikapi
masalah cenderung lebih kekanak-kanakan. Dari penjelasan latar belakang
tersebut, Ratna terkadang menyalahartikan perkataan Galih yang terdengar ketus
sehingga menyebabkan pertengkaran dan kesalahpahaman. Saat terjadi konflik
antara mereka berdua Galih cenderung lebih tenang dalam menyikapinya dan
berusaha mencari jalan tengah dalam masalah tersebut, namun Ratna cenderung lebih
meledak-ledak, dan menunda-nunda untuk segera menyelesaikan masalah. Dari
contoh tersebut tampak bahwa latar belakang budaya mempengaruhi cara seseorang
berkomunikasi atau menyampaikan pesan dengan orang lain, Galih yang berbicara
dengan nada tinggi dan kasar, sedangkan Ratna yang berbicara dengan nada
lembut. Latar belakang keturunan mempengaruhi cara pandang dan cara menyikapi
masalah, Galih lebih dewasa sedangkan Ratna lebih kekanak-kanakan. Jika
setiap komponen yang saling terkait dalam hubungan interpersonal antara Galih
dan Ratna dapat dikoordinasikan dengan saling memahami bidang pengalaman
masing-masing dengan baik, maka tujuan bersama dalam hubungan interpersonal
akan tercapai, yaitu keutuhan hubungan.
- Perspektif Interaksional
Perspektif interaksional menonjolkan keagungan
dan nilai individu di atas segala pengaruh yang lainnya. Manusia dalam dirinya
memiliki esensi kebudayaan, saling berhubungan, bermasyarakat, dan buah
pikiran.
Dalam setiap proses penunjukkan diri apapun,
individu itu sendiri merupakan objek penafsiran. Perspektif interaksional
tentang komunikasi manusia amat sering dinyatakan sebagai “komunikasi dialogis”
atau komunikasi yang dipandang sebagai dialog.
Perspektif Interaksional mengakui bahwa para
pelaku komunikasi secara timbal balik menanggapi satu sama lain. Umpan balik
dan efek bersama merupakan kunci konsep. Komunikasi sebagai monolog mengandung
pandangan mekanistis tentang seseorang (atau suatu lingkungan) “yang sedang
melakukan sesuatu atas” orang yang lainnya. Perspektif interaksional sendiri
lebih banyak menghasilkan diskusi dan gejolak daripada menghasilkan
penelitian-penelitian empiris yang sesungguhnya. Lebih-lebih lagi,
interaksionisme telah menimbulkan kepekaan atau kesadaran yang makin tinggi di
kalangan para anggota masyarakat ilmiah akan kekurangan perspektif-perspektif
yang lebih bersifat tradisional.
Umumnya penelitian komunikasi yang
mencerminkan perspektif interaksional terdiridari kelompok studi yang relatif
terpisah-pisah dalam kerangka studi yang luas, yang berorientasi pada prinsip
yang sama.
Contoh :
Dasa, seorang siswa SMA sedang memberitahukan
masalah BBM kepada temannya, Gowanhi . Ia memberitahukan bahwa harga premium
akan turun bulan Desember mendatang. Disisi lain, ternyata Gowan juga
memikirkan hal yang sama yaitu penurunan harga premium.
DI BAWAH INI MERUPAKAN
GAMBAR DARI MODEL INTERAKSIONAL :
4 komentar:
thank, ats informsinya
makasih ya ka . bermanfaat sekaliii
terimakasih infonyaa
makasih infonya sis
Posting Komentar